Firman Allah S.W.T

"Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tidak mempunyai seorang penolong pun selain Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan"
-Surah Hud :113-

Syarat Pakaian Wanita yang Harus Diperhatikan

Pakaian wanita yang benar dan sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya memiliki syarat-syarat. Jadi belum tentu setiap pakaian yang dikatakan sebagai pakaian muslimah sebagai pakaian yang syar’ie. Semua pakaian tadi harus kita kembalikan pada syarat-syarat pakaian muslimah.





Para ulama telah menyebutkan syarat-syarat ini dan ini semua tidak menunjukkan bahwa pakaian yang memenuhi syarat seperti ini adalah pakaian golongan atau aliran tertentu. Tidak sama sekali. Semua syarat pakaian wanita ini adalah syarat yang berasal dari Al Qur’an dan hadith yang shahih, bukan pemahaman golongan atau aliran tertentu.

Ulama yang memperincikan syarat ini dan sangat bagus penjelasannya adalah Syeikh Muhammad Nashiruddin Al Albani rahimahullah –ulama pakar hadith abad ini-. Lalu ada ulama yang melengkapi syarat yang beliau sampaikan iaitu Syeikh Amru Abdul Mun’im hafizhohullah. Ingat sekali lagi, syarat yang para ulama sebutkan bukan mereka karang sendiri. Namun semua yang mereka sampaikan berdasarkan Al Qur’an dan hadith yang shahih.

Syarat pertama: pakaian wanita harus menutupi seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan. Ingat, selain kedua anggota tubuh ini wajib ditutupi termasuk juga telapak kaki.

Syarat kedua: bukan pakaian untuk berhias seperti yang banyak dihiasi dengan gambar bunga apalagi yang warna-warni, atau disertai gambar makhluk bernyawa. Allah Ta’ala berfirman:

“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu bertabarruj seperti orang-orang jahiliyyah pertama.” (QS. Al Ahzab : 33).

Tabarruj adalah perilaku wanita yang menampakkan perhiasan dan kecantikannya serta segala sesuatu yang mestinya ditutup karena hal itu dapat menggoda kaum lelaki.

Ingatlah, bahwa maksud perintah untuk mengenakan jilbab adalah perintah untuk menutupi perhiasan wanita. Dengan demikian, tidak masuk akal bila jilbab yang berfungsi untuk menutup perhiasan wanita malah menjadi pakaian untuk berhias sebagaimana yang sering kita temukan.
Syarat ketiga: pakaian tersebut tidak tipis dan tidak tembus pandang yang dapat menampakkan bentuk lekuk tubuh. Pakaian muslimah juga harus longgar dan tidak ketat sehingga tidak menggambarkan bentuk lekuk tubuh.

Syarat keempat: tidak diberi wangian atau perfume.

Dari Abu Musa Al Asy’ary bahwanya ia berkata, Rasulullah S.A.W bersabda: “Perempuan mana saja yang memakai wangian, lalu melalui kaum lelaki agar mereka mendapatkan baunya, maka ia adalah wanita pezina.”
(HR. An Nasa’i, Abu Daud, Tirmidzi dan Ahmad).

Syarat kelima: tidak boleh menyerupai pakaian lelaki atau pakaian bukan muslim.

Dari Ibnu Abbas r.a berkata: “Rasulullah melaknat kaum lelaki yang menyerupai kaum wanita dan kaum wanita yang menyerupai kaum lelaki.”
(HR. Bukhari no. 6834)

Rasulullah S.A.W bersabda: ”Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk sebahagian dari mereka”
(HR. Ahmad dan Abu Dawud)
Syaikhul Islam dalam Iqtidho’ mengatakan bahawa sanad hadith ini jayid

Betapa remuk hati ini melihat kaum hawa sekarang ini begitu tergila-gila mengikuti fesyen pakaian barat baik melalui majalah, tv, dan gambar-gambar artis. Laa haula walaa quwwata illa billah.

Syarat keenam: bukan pakaian untuk mencari glamor atau populariti

Dari Abdullah bin ‘Umar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa mengenakan pakaian syuhroh di dunia, niscaya Allah akan mengenakan pakaian kehinaan padanya pada hari kiamat, kemudian membakarnya dengan api neraka.”
(HR. Abu Daud dan Ibnu Majah. Syaikh Al Albani mengatakan hadith ini hasan)

Pakaian syuhroh di sini adalah pakaian yang paling mewah atau pakaian yang paling comot sehingga dilihat sebagai orang yang zuhud. Kadang- kadang maksud pakaian syuhroh adalah pakaian yang berbeda dengan pakaian yang biasa dipakai di negeri tersebut dan tidak digunakan di zaman itu. Semua pakaian syuhroh seperti ini terlarang.

Syarat ketujuh: pakaian tersebut bebas dari salib.

Dari Diqroh Ummu Abdirrahman bin Udzainah, dia berkata: “Dulu kami pernah berthawaf di Kaabah bersama Ummul Mukminin (Aisyah), lalu beliau melihat wanita yang mengenakan burdah yang terdapat salib. Ummul Mukminin lantas mengatakan, “Lepaskanlah salib tersebut. Lepaskanlah salib tersebut. Sungguh Rasulullah S.A.W ketika melihat semacam itu, beliau menghilangkannya.”
(HR. Ahmad.)

Ibnu Muflih dalam Al Adabusy Syar’iyyah mengatakan, “Salib di pakaian dan lainnya adalah sesuatu yang terlarang. Ibnu Hamdan memaksudkan bahwa hukumnya haram.”

Syarat kelapan: pakaian tersebut tidak terdapat gambar makhluk bernyawa. Gambar makhluk juga termasuk perhiasan. Jadi, hal ini sudah termasuk dalam larangan bertabaruj sebagaimana yang disebutkan dalam syarat kedua di atas. Ada pula dalil lain yang mendukung hal ini.

Dari Aisyah r.a, beliau berkata, “Nabi S.A.W memasuki rumahku, lalu di sana ada kain yang tertutup gambar. Tatkala Nabi S.A.W melihatnya, beliau terus mengubah warnanya dan mengoyakkannya. Setelah itu beliau bersabda, ”Sesungguhnya manusia yang paling keras siksaannya pada hari kiamat adalah yang menyerupakan ciptaan Allah.”
(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dan ini adalah lafazhnya. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, An Nasa’i dan Ahmad)

Syarat kesembilan: pakaian tersebut berasal dari bahan yang suci dan halal.

Syarat kesepuluh: pakaian tersebut bukan pakaian kesombongan.

Syarat kesebelas: pakaian tersebut bukan pakaian pemborosan .

Syarat kedua belas: bukan pakaian yang menyerupai pakaian ahlu bid’ah. Seperti mengharuskan memakai pakaian hitam ketika mendapat musibah sebagaimana yang dilakukan oleh Syi’ah Rofidhoh pada wanita mereka ketika berada di bulan Muharram. Syaikh Ibnu Utsaimin mengatakan bahwa pengharusan seperti ini adalah syi’ar batil yang tidak ada landasannya.

Inilah penjelasan ringkas mengenai syarat-syarat jilbab. Jika pembaca ingin melihat penjelasan yang lengkap, sila rujuk kitab Jilbab Al Mar’ah Al Muslimah yang ditulis oleh Syeikh Muhammad Nashiruddin Al Albani. Kitab ini sudah diterjemahkan dengan judul ‘Jilbab Wanita Muslimah’. Juga boleh merujuk kitab Jilbab Al Mar’ah Al Muslimah yang ditulis oleh Syeikh Amru Abdul Mun’im yang melengkapi pembahasan Syaikh Al Albani.

Terakhir, dinasihatkan kepada kaum lelaki untuk memperingatkan isteri, anggota keluarga atau saudaranya mengenai masalah pakaian ini. Sesungguhnya kita selaku kaum lelaki sering lalai dari hal ini. Semoga ayat ini dapat menjadi nasehatkan bagi kita semua.

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At Tahrim: 6)

Semoga Allah memberi taufik kepada kita semua dalam mematuhi setiap perintah-Nya dan menjauhi setiap larangan-Nya.


1 ulasan:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...